Seperti namanya, Daerah Istimewa Yogyakarta selalu saja istimewa dimata setiap orang yang pernah mengunjunginya. Suasana hiruk pikuk kota yang khas, dengan tetap menjaga adat dan juga budaya yang ada menjadikan Jogja nyaman dikunjungi dan selalu dirindukan. Bila Anda mengamati dengan seksama, hampir tak ada gedung tinggi di Jogja. Mengapa? Temukan jawabannya hanya di artikel ini.
Jogja Kota Istimewa
Daerah Istimewa Yogyakarta, sebuah provinsi istimewa dengan luas wilayah yang tidak terlalu besar membentang diantara provinsi Jawa Tengah. Meskipun daerah ini mungil bagi sebagian orang tapi berbagai jenis orang dari berbagai daerah di Indonesia hampir semua dapat Anda temukan di kota ini. Selain karena wisatanya yang memesona, Jogja sudah lama terkenal sebagai kota pelajar.
Sebagai kota pelajar anak-anak muda dari berbagai belahan nusantara datang demi menimba ilmu disana, menyandang status mahasiswa menelisik setiap sudut kota Jogja, memecah angkara, menyeruput mimpi, cita dan asa. Namun tidak sedikit pula imigran yang bertarung mengundi nasib disana. Dengan beragam jenis manusia, menjadikan kota Jogja sangat dinamis dan ramai manusia.
Warisan Peninggalan Sejarah
Sebagai daerah wisata yang senantiasa ramai pengujung, Jogja memiliki banyak hal menggoda yang menarik perhatian turis wisatawan. Tidak sedikit peninggalan sejarah yang bisa Anda temui disana. Candi Prambanan, Gedung Agung Yogjakarta, Benteng Vredenburg, Kota Gedhe sampai Keraton Jogyakarta menjadi saksi bisu sejarah yang sarat akan makna dan cerita.
Bila Anda ingin mendalami sejarah, benteng Vredenburg ialah tempat yang tepat. Terletak di tengah kota, benteng satu ini merupakan sebuah museum yang mengisahkan betapa besar perjuangan para pahlawan dan warga Indonesia sebelum adanya proklamasi. Benda bersejarah serta lukisan juga dapat Anda temukan disini, untuk pelengkap cerita heroik leluhur kita.
Beralih menuju Kota Gede, sebuah kota yang sarat sejarah dan perjuangan. Di tempat inilah awal mula berdirinya kerajaan Mataram Islam, tepatnya pada abad ke-16 Masehi. Selain itu beberapa bangunan tua ala Belanda menghiasi setiap sudut kota. Bak kembali ke zaman proklamasi, Anda bisa melihat miniatur kota tempo doeloe bila berada di kota Jogja ini.
Bukan tanpa alasan Jogja disebut Daerah Istimewa Yogyakarta. Ini karena dulu Jogja pernah menjadi ibukota Indonesia tercinta. Gedung Agung Yogyakarta merupakan sebuah gedung yang pada masanya pernah menjadi Istana Negara. Gedung ini dibangun oleh seorang arsitek terkemuka pada zamannya, A.A.J Payen pada awal abad ke-18, tepatnya tahun 1824 Masehi.
Candi Prambanan merupakan sebuah candi peninggalan yang perlu dijaga dan dilestarikan. UNESCO, sebuah organisasi tingkat dunia yang bergerak dalam bidang pendidikan, keimual dan kebudayaan telah mengakui bahwa candi satu ini layak dijadikan warisan budaya yang harus dijaga. Museum Arkeologi serta Audio Visual dapat Anda temui disekitar kompleks candi untuk mempelajari sejarah lebih dalam.
Nah, adapun tempat wisata paling ramai karena menjadi tujuan para wisatawan mengunjungi Jogja ialah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ini merupakan tempat tinggal Sultan Hamengku Buwono yang sakral dan melegenda. Anda bisa temukan beragam koleksi beliau seperti benda pusaka, lukisan artistik hingga alat tradisional yang penuh makna.
Tak Ada Gedung Tinggi di Jogja
Bila Anda amati dengan seksama gedung serta bangunan yang ada di Jogja, Anda akan terheran sekaligus kagum. Karena di Jogja ini tidak ada gedung pencakar langit yang menjulang tinggi dan merengsek langit. Ini jelas berbeda dengan gedung serta bangunan yang ada di kota-kota besar terutama di ibukota DKI Jakarta.
Hampir semua perusahaan konstruksi di Jakarta berlomba-lomba membangun gedung tinggi yang gagah dan megah. Tidak heran juga karena Jakarta merupakan ibukota sebuah negara, sehingga pusat perdagangan dan segenap kepentingan negara berlangsung disana. Maka memang memerlukan gedung yang cukup tinggi guna menampung jutaan keperluan umat manusia.
Hal ini jelas berbeda dengan kota Jogja istimewa. Kota yang identik dengan wisata, kebudayaan dan pelajarnya tidak memerlukan gedung bertingkat seratus. Ditambah Jogja bukanlah kota bisnis dan perdagangan sehingga tidak perlu sebuah perusahaan multinasional membangun gedung disana, karena memang bukan tempat yeng tepat.
Letak bandara Adisucipto yang berada di tengah kota juga menguatkan alasan tidak ada gedung tinggi di Jogja. Karena dikhawatirkan akan mengganggu penerbangan pesawat dan segenap awaknya. Selain itu sebenarnya dari Bappeda Yogya sendiri sudah membatasi ketinggian maksimum, yaitu 32 meter. Apabila hendak membangun lebih dari itu perlu izin terlebih dahulu ke walikota dan komandan bandara Adisucipto.
Edy Muhammad yang merupakan Kepala Bappeda Kota Yogyakarta mengatakan bahwa pembangunan bangunan untuk kepentingan perdagangan atau jasa maksimal dengan tinggi 32 meter. Adapun bila tempat tinggal atau pemukiman maksimal hanya boleh tingginya 16 meter atau empat lantai di atas permukaan tanah.
Maka bila disimpulkan, Anda akan sangat sulit menemukan gedung serta bangunan tinggi di Jogjakarta, karena dari pemerintahnya sudah mengeluarkan batasan maksimum tinggi gedung. Namun di Jogja Anda malah akan sedikit banyak menemui konstruksi rumah tahan gempa di berbagai titik di Jogja. Ini sebagai antisipasi agar tahan menghadapi cobaan di kemudian hari.
Akhir kata, Jogja bukanlah kota perdagangan dan kota strategis yang besar, karenanya tidak tepat memang gedung pencakar langit bak di Jakarta dibangun di kota istimewa ini. Anda bisa membaca artikel kami lainnya tentang provider internet rekomended dan marmer langka. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan Anda dan sampai jumpa.